Jumat, 04 November 2011

desakan sex dari sepupu.

Desakan Sex sang sepupu
Cerita seks yang saat ini akan kami hadirkan untuk anda adalah tentang cerita seks yang mengisahkan pengalaman sex tentang desakan sex sepupu padaku yang akhirnya terjadilah cerita seks sedarah. Yuk kita simak aja langsung gimana sih cerita seks yang satu ini. Wah tiba-tiba aku kaget dan berkata’“Loh.., itu apa di celanamu Rangga, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Rangga merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut.
“Jangan kak Nita, Rangga malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya, Rangga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.Wah hot banget kan cuplikan cerita diatas pengen tau lanjutannya ikuti kisah berikut pasti pada tegang kontholnya.
Pemilu 7 Juni 2004, yang baru saja lewat bagi sebagian orang kesannya penuh nuansa politis. Tetapi bagi saya, kesan sangat jauh berbeda, bahkan tidak akan pernah terbayangkan akan bermakna demikian dalam bagi saya pribadi. Kesan yang penuh sensualitas dan menggairahkan.
Saat itu, 7 Juni, rumah saya sedang sepi. Maklum pemilu, padahal biasanya ramai sekali. Satu rumah dihuni tujuh orang, ayah, ibu, kakak laki-laki saya yang masih kuliah, saya sendiri SMA kelas tiga, baru saja selesai Ebtanas dan lulus. Kemudian adik perempuan saya kelas lima SD, lalu sepupu laki-laki saya kelas dua SMP dan pembantu satu orang. Oh iya, panggil saja saya Nita, asli Tolaki.
Jadi pada saat pemilu rumah yang berada di kawasan Perumahan Pemda Kampung Kemah Raya, Kendari jadi sepi sekali. Ayah ke Kolaka, mengurus pemilu di sana, kebetulan juga beliau caleg untuk daerah tersebut. Kakak saya jadi pengawas pemilu untuk UNFREL Kendari, ibu saya jadi panitia pemilu lokal kawasan Kemah Raya. Pembantu dan adik, disuruh bantuin ibu mengurus konsumsi. Praktis yang jaga rumah, saya dengan sepupu saya yang bernama, Rangga. Saya belum ikut memilih, belum cukup umur, baru 16 tahun lebih dua bulan. Saya dengan Rangga sangat akrab, habisnya dia ikut dengan keluarga saya sejak masih kelas satu SD, dan selalu menjadi teman main saya.
Senin itu, 7 Juni 2004, badan saya pegal sekali, selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan seperti biasa saya kepingin dipijitin. Biasanya sih oleh ibu, dan Rangga juga, habis dari kecil saya sudah biasa menyuruh dia. Karena agak pegal, saya panggil saja Rangga untuk mijitin, Rangga nurut saja. Saya langsung berbaring telungkup di karpet depan TV, dan Rangga mulai memijit tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Rangga, tangannya keras sekali, punggungku jadi fresh lagi.
“Duh, Rangga…, mijitnya yang lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku.
“Abis, posisinya nggak bagus kak”, jawabnya.
“Kamu dudukin aja paha Kak Nita, seperti biasa…”.
“Tapi…, kak..”.
“Alah.., nggak usah tapi…, biasanya kan juga begitu…, ayo..”, Saya tarik tangan Rangga memaksanya untuk duduk di pahaku, seperti kalau dia memijit saya pada waktu-waktu kemarin.
Rangga akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain, makin lama makin saya rasakan tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak ngos-ngosan.
“Kamu kenapa Rangga, capek atau sakit..?”, tanyaku.
“Tidak, tidak apa-apa kak”, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.
Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya bangun, lalu duduk mendekati, biasa bermaksud menggoda.
“Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tidak biasanya”, sambil tanganku bermaksud mencubit pantatnya.
“Tidak, tidak apa-apa kak..”, jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana
bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang saya dan Rangga kalau main seperti anak-anak yang masih TK, asal ngawur saja.
“Loh.., itu apa di celanamu Rangga, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Rangga merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut.
“Jangan kak Nita, Rangga malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya, Rangga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.
Penasaran, saya buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Rangga sudah menegang. Baru kali ini saya melihat penis milik orang yang bukan anak-anak dan sudah disunat yang tegang dan keras serta panjang seperti itu. Sementara Rangga diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana saya tidak tahu.
Saya acuh saja, perlahan-lahan, kuelus-elus penis Rangga, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Rangga mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Rangga makin mendesah, “Ah.., ah..”
Kugenggam erat penis Rangga dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Rangga ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, “Achh..”.
Semakin kencang penis Rangga kukocok, semakin menggeliat badan Rangga membuat saya tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Rangga makin mengeras, “Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak tahan…, ia lalu memelukku erat. Mulanya saya kaget akan reaksinya, tapi saya biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Rangga. Rupanya Rangga sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku.
“He Rangga…, kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok penis Rangga, “Achh…, achh..” Hanya itu yang Rangga bilang, sementara tangannya meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang lain, hingga saya biarkan saja Rangga meremas payudaraku, dan Rangga lalu menyingkap baju kaos yang kupakai, hingga kelihatan BH-ku dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari BH-ku.
“Acchh…, accchh” erang Rangga, saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat payudaraku tidak terbungkus BH diremas oleh tangan Rangga dengan kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri apa yang ada pada Rangga, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu.
“Aduh…, Rangga…, aduhh” Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Rangga.
Saya juga mulai menggeliat, kutarik kepala Rangga dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara tiba-tiba, Rangga balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.
Tangan Rangga menggerayangi badanku, melepaskan baju dan BH-ku, hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Rangga, dan kupelorotkan celananya, hingga Rangga bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Rangga kembali menyosor payudaraku yang sudah keras membukit.
Perlahan tangan Rangga menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku, “Acchh…, Accchh”, Saya dan Rangga terus mengerang dan menggelinjang. Tangan Rangga menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.
“Aduuuhh…, Rangga..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Rangga mempermainkan jarinya di dalam vaginaku.
“Accchh…, aduuuhh…, acccchh..”. Tak tahan lagi, Rangga menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya saya kini telanjang bulat. Kemudian Rangga mencium bibirku dan saya tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku.
“Accchh..” Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Rangga yang keluar dari mulutku. Kemudian Rangga berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, saya membiarkan saja apa yang akan Rangga lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba saya rasakan sakit yang teramat sangat di selangkanganku.
“aaccccchh, Rangga.., apa yang kau lakukan..”, tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Rangga sudah memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan pertanyaanku, Rangga mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yang mengalir membasahi vaginaku.
“Accchh…, Rangga…, aduuhh Rangga..”, erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Rangga dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Rangga. Semakin kencang goyangan penis Rangga dan semakin keras pula erangan kami berdua.
“Accch…, aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang terdorong dari dalam…, dan erangan panjang saya dan Rangga, “aahh”. Bersamaan semprotan mani Rangga dalam vaginaku dan semburan maniku yang menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya.
Rangga menarik keluar penisnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Rangga, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat penis Rangga, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.
Hingga hari ini saya dan Rangga, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada taranya, kadang di kamarku, di kamar Rangga, ataupun di dalam kamar mandi.
(sdrn crt pns dws)

hadiah merasain memek dari kakak.

Dapat Hadiah Memek dari Kakakku
Cerita seks dan cerita sex panas ini segera saja akan aku mulai kisah ini, Dalam cerita sex dewasa ini akan saya sembunyikan semua identitas pribadinya. Jadi jangan jadi masalah ya untuk identitasnya. Yang penting cerita seks panas ini akan sangat menarik buat anda baca sebagai cerita hiburan yang bikin panas isi celana dalam anda.
Hari itu sabtu, pas dalam minggu dihari kelahiranku yang ke-17, jadi orang tuaku sengaja mengadakan pesta Ulang Tahun untukku, anak lelaki satu-satunya. Maklum saja aku anaknya pemalas banget soal pesta-pestaan, alias kutu buku banget dan smart di sekolah, berbeda dengan kakak perempuanku yang satu-satunya juga, badung dan ogah-ogahan kalau disuruh belajar (padahal pintar juga sekolahnya loh, sampai lulus SMU dia tidak pernah lolos dari urutan 10 besar dalam ranking sekolahnya). Dasar kakak cewekkku ini badung, dia tidak ada selama sore hari saat berlangsungnya pesta, kemana ya, aku juga jadinya agak sedih sedikit. Bukan mengharapkan kado darinya, tapi dengan kehadirannya saja aku tentu akan sangat senang sekali, karena minimal aku bisa memperlihatkan pada teman-teman cewekku di sekolah (yang kuundang ke pestaku) bahwa dikeluargaku juga ada cewek kecenya yang tidak kalah kece dari semua teman paling kece di sekolahku).
Pas acara sudah mau berakhir, yaitu acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong melihat teman-temanku ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang juga. Wah happy banget aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara, tidak punya saudara kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2, sedangkan aku masih SMU kelas 2.
“Jon.. selamat Ulang Tahun yah.. sorry aku kagak bawa kado..” kata Fifi sambil mengajukan tangannya untuk bersalaman setelah melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia pulang saat temanku belum bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro mikirin kado deh, habis salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami memang akrab sekali sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku tidak lupa memberikan sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman di pipi kiri-kanan di depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab sama kakak, tapi untuk ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak dewasa. Di belakang sih terdengar suara tepuk tangan dari teman-temanku. Mungkin bagi yang belum kenal dipikirnya pacarku datang kali, tapi bagi yang sudah tahu yah entah apa pikirannya deh. Habis biarpun kakakku tingginya 170 cm, tetap saja kalah tinggi denganku yang 175 cm saat itu.
Kadang-kadang, aku memang suka membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya memang dia kece sih. Terlebih sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1 dulu. Lah yang kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini. Wajahnya seperti artis Hongkong deh, putih cantik dan benar-benar kece berat pokoknya. Paling hebat saat aku melihat dia cuma berbikini saat berenang, selebihnya wah cuma dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah aku belum berani, soalnya cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku yah si Fifi yang sudah muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran yah?
Waktu mau bubaran pestanya, temanku yang jadi DJ iseng banget, dia muterin lagu buat slow dance, dan aku disuruh mengajak cewek pilihanku (biasanya sih kalau saat-saat begini, yang ultah ngajak orang yang di taksirnya untuk berdansa) turun dan memperkenalkan pada seluruh tamu, wah brengsek. Memang gosipnya ada beberapa cewek yang naksir padaku di sekolah, tapi aku cuek bebek, kurang begitu peduli sama mereka semua, padahal mereka-mereka itu kece dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan cowok-cowok di sekolahku. Bukan apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan yang lain bakalan hilang, mundur teratur, nah mendingan aku tidak memilih satu orangpun? jadinya bisa nempel sama semua cewek kece.
Nah teman brengsek ini menyuruhku untuk mengajak satu cewek untuk slow dance, seolah mengumumkan siapa cewek pilihanku. Yah sulit dong.. Gile juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali, si Fifi kudatangi walaupun lagi mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak ngobrol, jadi bagi yang belum kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi cuma temanku). Fifi agak terkejut sedikit waktu tahu dan sadar dia yang kuajak slow dance, tapi belum berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke tengah-tengah arena slow dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru Fifi berbisik, “Jon… kok ngajak aku slow dance-nya sih?”
“Iya Fi.. aku belum punya cewek sih..”
“Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh..” masih sambil berbisik.
“Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada..” rayuku pada kakak sendiri.
“Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-siakan..”
“Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu, semuanya ABG doang..”
Fifi tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya pada pundakku. Harum rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan sedikit keringat kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu kugeser kepalaku sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas aku mencium parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku ini seru loh, suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam merk parfum. Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku terangsang mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang kemaluanku ngaceng berat waktu itu.
Begitu Fifi sadar, aku membaui sekitar belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak.. Cukup terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat (memang nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku sebagai lelaki sih rasanya enak-enak saja.
Sepanjang lagu yang satu itu, tanganku yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh menjelajahi punggungnya. Dari dekat lehernya sampai ke pinggangnya. Berhubung Fifi memakai gaun malam mini, yah dia tidak perlu pakai rok-rok segala dong, kan jadi satu sama atasan, eh baju terusan itu. Mini tuh maksudku masih setinggi pertengahan paha. Nah saat aku mengusap-usap pinggang Fifi, aku tidak begitu merasakan adanya garis celana dalamnya.
Timbul niat isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.
“Fi.. kamu nggak pakai celana dalam yah?” kataku sambil berbisik di telinganya.
“Eh.. enak saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!” jawab Fifi sambil berbisik.
“Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya..” bisikku lagi penasaran.
“Coba elu rabanya turun lagi dikit..” balas Fifi sambil berbisik juga.
Lalu kuraba mengikuti petunjuknya, kali ini buah pantatnya terpaksa harus kuraba-raba. Dan merabanya makin turun saja. Benar juga, akhirnya ketemu dan kutelusuri garis batas celana dalamnya. Dilihatin orang nih dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke bawah. Ha! Gile apa.. ini kakak sendiri friends. Rabaanku berjalan ke samping saja, menelusuri pelan-pelan garis celana dalam Fifi yang memang sepertinya cuma segaris itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya model tali saja dan dipakainya berbentuk V.
“Fi.. celana dalam elu modelnya aneh banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana,” kataku masih berbisik.
“Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu..” balas Fifi masih bisik-bisik saja.
“Kalo pacarku seperti kamu sih boleh saja Fi..” balasku mesra.
Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong bebas begini kan karena memang akrab.
Dalam kepalaku timbul juga perasaan cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan siapa saja nih yang sudah pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai celana dalam sexy seperti itu. Sialan… mau kuhajar saja rasanya. Belum tahu kali tuh cowok, adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus Merpati Putih.
Eh lagi enak-enak memeluk Fifi sambil goyang-goyang lagunya habis.. sialan, temanku mengganti jadi disco lagi. Yah sudah bubaran deh slow dance-ku dan Fifi. Aku masih melihat-lihat teman yang lain, si Fifi menghilang entah kemana. Karena acara terakhir pesta rumahan adalah disco, yah tidak lama setelah itu bubar deh pestanya, masak anak SMU pesta di rumahan sampai lewat jam 12 malam sih? nggak sopan dong (anak ranking 1 nih yang bilang, aku!).
Persis jam 12 lewat 5 menit, teman terakhir sudah tidak kelihatan mobilnya. Aku yang capek banget rasanya mau tidur saja deh, sambil mikirin Fifi. Kemana yah dia? Urusan kado besok saja lah. Tidak mungkin ada yang ngambil ini. Aku naik ke atas dan langsung masuk ke kamarku. Melepaskan pakaian dulu lalu masuk kamar mandi pribadi dan bersih-bersih. Masih bugil aku balik ke ruangan ranjang. Ah biasanya tidur pakai CD, kali ini mau nyobain bugil ah, sudah gede ini, kan 17 tahun. Yah badanku yang gede dan anuku juga cukup gede kok. Panjangnya sih cuma 15 cm saja.
Karena AC kamarku cukup dingin, aku biasa tidur memakai selimut (Tidak lucu sebenarnya, kalau memahami kesehatan, saat tidur itu bagusnya tubuh kita tidak dalam keadaan ‘terikat’ dan udara yang kita hirup sebaiknya memang sekitar 18-24 derajat celsius. Jangan lebih panas dan jangan lebih dingin. Itu baru tidur sehat. Eh ini kata dokter Joni loh hehehe coba saja iseng tanya dokter beneran.) Kan bule-bule dalam film banyak yang tidur bugil toh?
Masih berbaring, pikiranku melamun pada peristiwa slow dance bersama Fifi, kakak tercintaku. Saat dance tadi aku sih lupa apakah ngaceng atau nggak, tapi saat mikirin aku inget. Ngaceng kenceng! Gile kupegang si Junior, malah makin bikin tenda di selimutku jadinya. Yah kuusap-usap sayang deh juniorku. Tentu saja sambil membayangkan bagaimana bentuk tubuh si Fifi yang polos dalam keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil menari bareng. Wow.. asyik loh.
Aku berhayal.. Tubuh si Fifi mulus tanpa cacat (sepertinya memang belum pernah luka sih, paling bekas suntikan cacar di pahanya) payudaranya yang lumayan mantap kalau dipegang, dengan puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu perutnya yang datar dan rata karena hobbynya aerobic dan fitness, dan pantatnya yang aduhai montoknya, tadi saja saat kupegang waktu slow dance mantap banget rasanya.
Eh lagi enak-enak berhayal begitu, tiba-tiba pintu kamarku diketok. Tok.. tok.. tok.. cuma tiga kali dan tidak kencang. Karena kebiasaan menjaga privacy di keluarga kami, sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak pernah mengunci pintu.
“Siapa?” tanyaku.
“Aku Jon..” jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik tuh.
Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku friends! Aku terdiam bingung.
“Jon.. elu belum pulas kan?” tanya Fifi dari balik pintu. Lalu diam menunggu jawabanku. Wah gimana nih.. aku sedang bugil dalam selimut begini. Ah biarin deh.
“Boleh masuk Jon?” tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.
“Iya, masuk saja Fi..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar olehnya, kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin sedih jadinya.
Si Fifipun masuk juga, setelah menutup pintu kamar, dia berbalik dan, “Jon lampunya dinyalain yah?” tanya Fifi. Maklum sebelum naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu kecil saja, jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa melihat jelas tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu bayangannya terlihat saat memasuki kamarku.
“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah.. entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!
“Eh…” belum sempat aku ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. “Blar..” terang deh.
Aku memperhatikan Fifi. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model baby doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna kuning muda dan agak transparan. Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.
“Ada apa Fi?” tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya tidur begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran, paling dia mau nanya soal komputer atau soal mobilnya.
“Eh sebelumnya sorry loh Jon..”
“Kenapa?” langsung kupotong saja.
“Aku kan belum ngasih kado buat elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih.” lanjut si Fifi mencoba senyum menghiburku kali. Wah bener juga.
Aku memang tidak sempat memikirkan Fifi ngasih kado atau tidak, dia mau slow dance denganku saja rasanya aku happy banget. Lalu sekarang mau apa lagi nih? “Ah nggak apa-apa Fi.. nggak masalah soal kadonya.. aku punya kakak sebaik elu saja sudah merupakan kado yang indah setiap hari..” kataku. Lalu si Fifi berjalan menghampiri ranjang sambil melihat mataku terus. Wah untung tidak melihat ke arah juniorku. Masih ngaceng man! banyangkan sendiri deh cewek kece, seksi sedang berada di dekat kamu, di ranjang yang sedang bugil. Dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu.
Sewaktu dia makin mendekatiku, aku menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di tepi ranjang kalau memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat itulah lampu kamar dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus tubuhnya yang sempurna sekali (nggak kayak gitar kok, tapi melengkung dan meliuk indah) makin jelas saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat pinggangku, persis sebelah pinggang dan juniorku yang ngaceng berat. Selimutku yang bergeser membuat si junior mengangguk-angguk kegelian karena gesekan itu. Tangan kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi si Junior nih. Fifi berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.
“Jon.. aku mau ngasih kado spesial buat elu, tapi.. elu nggak boleh cerita sama siapapun juga, setuju?” Langsung saja aku mengangguk, walaupun bingung menduga-duga kado spesial apaan, apakah Blow Job? Belum tentu, terusin saja baca ceritanya.
“Janji yah Jon..”
“Saya berjanji, Fifi kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar mengangguk.
“Jon, Fifi mau tahu.. kamu beneran belum pernah pacaran? maksudnya nge-date berduaan ama cewek?” tanya dia.
“Bener Fi.. kan tiap malam minggu, kalau kagak ada pesta ultah, yah aku di rumah saja kok surfing di internet, kamu sih kelayapan melulu malah ninggalin aku sendirian kalau malam minggu” kataku, dia senyumnya makin lebar.
“Jadi belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing dikit.
“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?”
“Oh yah? dimana?” tanya Fifi kaget sedikit.
“Di internet..” jawabku cepat, memang betul sih. Dia tersenyum lagi.. heran kayaknya makin lama melihat Fifi tersenyum makin manis saja tuh senyumnya, wah aku rasanya makin senang dan happy sekali melihat bibirnya yang tersenyum.
“Jadi yang real dan asli belum pernah dong?” kata Fifi masih dengan tersenyum. Bagiku ini bukan ledekan, tapi ucapan tulus kakak pada adik yang memang akrab. Aku mengangguk.
“Fifi mau kasih hadiah khusus, tapi kamu harus janji tidak boleh ngapa-ngapain kalo kagak disuruh. Mau nggak?” tanya Fifi, kakak tersayangku ini. Aku mengangguk.
“Eh janji dulu..”
“Iya deh Joni janji Fifi sayang..” kataku memuaskan keinginan Fifi.
“Siap menerima hadiah?” tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.
Aku mengangguk lalu berkata, “Siap boss..”
Fifi kemudian menaiki ranjang, sambil tangannya mendorong perlahan tubuhku untuk bergeser sedikit. Ranjangku sih ukuran 160 lebarnya, jadi muat saja kalau mau tidur berduaan. Lalu Fifi berlutut tegak di sampingku, memandang mataku lekat-lekat masih dengan senyum manisnya. Kemudian secara perlahan-lahan dia mengambil ujung bawah baju tidurnya. Ops.. Fifi terlupa sesuatu.. buru-buru dia turun ranjang dulu, menuju ke lemariku yang ada componya, dia pilih buru-buru salah satu CD lalu diputarnya. Nah muncul lagu romantis, dipasangnya cukup keras tapi tidak mengganggu keluar ruangan. Mungkin sekedar supaya pembicaraan kami tidak terdengar saja kali. Lalu dia berjalan ke pintu dan mengunci pintu.
Aku merasa sedikit heran, mau ngapain nih. Si Fifi balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang sambil melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang ujung bawah baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu menarik perlahan ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja deh. Begitu bawah bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku makin deg-degan! Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana dalamnya yang transparan dan seperti tadi waktu dansa berbentuk V dan sebagian besar tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis ditengah dekat bawah pusarnya, eh tuh merah bunga kecil, cuma satu.
Gila friends.. bulu kemaluannya terlihat. Belahan kewanitaannya sih terbayang dalam bungkusan CD halus itu yang mengikuti bentuk bibir kemaluannya. Wow.. sialan aku janji tidak boleh ngapa-ngapain. Wah pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan kiriku terpaksa memegangi juniorku deh. Makin keras saja ngacengnya nih.
Makin tinggi Fifi menarik bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Begitu bagian bawah payudaranya muncul. Wow.. aku sampai menelan ludah. deg-degan makin keras. Ops.. sial ada BH-nya! Eit tunggu dulu, BH-nya seru banget.. juga hitam transparan dan puting susunya yang kuduga besar, benar saja muncul dan terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu menebak-nebak lagi, ternyata warnanya merah sedang, nggak pink sih, lebih tua sedikit tapi tidak coklat gelap. Saat bajunya melewati kepalanya, aku ingin sekali memegang payudaranya. Tapi ingat janji.. wah brengsek.. padahal si Fifi kan tidak melihat.
Dan saat bajunya sudah lolos melewati kepala, Fifi langsung membuangnya ke atas karpet kamarku. Tangannya kembali turun lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuk semakin menonjol saja. Gile bener.. sss.. alamak nggak tahan nih.. Kemudian Fifi menggeser posisi berlututnya kali ini dia mengangkangiku. Wow.. sepertinya aku semakin tidak tahan deh. Mana tangan kiriku sudah tidak lagi memegang si Junior lagi dan dengan posisi baru ini otomatis Fifi menindih perutku. Dia masih bergerak meliuk dan menari. Mungkin tidak nyaman menari di atas selimut, dia menggeser dulu lalu mendadak menyingkapkan selimut untuk membuangnya.
“Eit.. sorry Jon.. aku nggak tahu elu kalo tidur juga bugil!” kontan kedua tanganku menutupi juniorku. Tapi mana bisa.. lah lagi siaga satu gitu kok. Lagi pula dia ngomong dengan kalimat ..juga bugil! Wah dia kalau tidur bugil dong?! kenapa tidak dari dulu aku masuk kamarnya kalau dia sedang tidur.
Karena aku diam saja tidak berkata apa-apa, Fifi balik lagi berlutut di atas perutku menghadap wajahku dengan sebelumnya mengambil tanganku untuk melepaskan pegangan yang menutupi si Junior. Terpaksa tanganku posisinya seperti orang menyerah kalau berdiri, kutaruh di samping kepala. Sepertinya Fifi sedang bergerak menari sambil membuka BH-nya deh.. tapi susah atau sengaja susah membukanya?
“Fi.. boleh aku bantuin membuka BH kamu?”
“Memang kupikir tadinya mau nyuruh elu yang bukain.. tapi gue kagok..” lalu sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya menopang tubuhnya di samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali menyapu wajahku. Karena posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan hidungku cuma kebagian lehernya saja. Wah wangi juga lehernya.. tanganku mulai memeluknya dan mencari kaitan BH-nya di punggungnya. Biarpun sudah ketemu sengaja aku lama-lamain. Enak gila.. memeluk tubuh hangat cewek kece seperti ini.
“Ayo Jon.. jangan nakal, hadiahnya masih banyak..” kata Fifi lalu menggeser tubuhnya yang berada di atasku sehingga menurun sedikit dan wajahnya berhadapan dengan wajahku. Alamak.. dengus nafasnya yang menyentuh wajahku membuatku konak lagi dan semakin bernafsu. Tidak tahu siapa yang memulainya, tahu-tahu bibir kami nempel dan lidah Fifi menyapu bibirku. Sepertinya sih Fifi juga nafsu sekali mau menciumku kali, habis wajahku tetap lurus, tapi wajahnya miring-miring kok. Nah kan dia yang berusaha lebih keras buat menciumku toh?
“Blp.. buka mulutnya Jon.. aku ajarin ciuman..” kata Fifi. Lalu kuikuti membuka mulut, membiarkan lidah Fifi masuk ke dalam mulutku. Dia menyapu gigi depanku, lalu lidahku didorong-dorong dan dibolak-balik segala, dan malah lidahku dikitik-kitik dengan lidahnya juga. Wah seru juga loh, tukar-tukaran ludah.
Aku lupa bahwa tanganku sudah melepas BH-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya dengan bebas tanpa ganjalan BH segala. Kuusap-usap terus punggungnya yang mulus dan hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh BH-nya. Ops.. baru aku bilang masih terpisah, Fifi menarik BH-nya untuk disingkirkan. Sambil ciuman begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku tergesek-gesek sama celana dalam mini si Fifi nih, sakit dikit sih, lecet nggak yah?
“Fi.. boleh aku lepasin celana dalam elu nggak? kontol gue sakit kegesek-gesek.” kataku melepaskan ciuman sekejab. Akibatnya malah lepas terus-terusan tuh.
“Eit.. jangan nakal dulu. Sudah bisa ciuman yang kuajarin?”
“Iya boss..” jawabku.
“Elu diam saja yah..” kata Fifi. Lalu dia bergerak semakin turun. Kali ini sampai dia duduk di kakiku. Dia persisnya menduduki bagian ujung kakiku, nggak diduduki habis sih, dia bersimpuh sedikit, sambil bergerak perlahan-lahan wajahnya ikutan turun sambil mencium badanku juga. Geli sekali loh, apalagi waktu dia mencium putingku. Wow.. sampai kupegang kepalanya gara-gara geli. Untung dia tidak marah. Waktu hidungnya kena bulu kemaluanku, makin geli dan si Junior mulai kena dengusannya dan dikecup kepalanya, sepertinya sih kena mata tunggal di kepala si Junior tuh.. geli banget sih.
Gila friends.. kali ini kuduga bakal dapat pengalaman dikaraokein deh, aku mau menikmati rasanya di karaokein kakak tersayang ini. Dimulai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala kemaluanku, rasanya sukar dilukiskan, yah geli-geli enak deh. Apalagi waktu bibir itu masih dalam jepitan erat bergerak turun menyentuh lingkaran helm senjataku. Wah rasanya mau ngecret saat itu. Gile bener.. untung juniorku tahan juga.
Apalagi sensasi yang timbul saat bibir Fifi makin turun menjalari batang juniorku yang keras dan penuh urat-urat. Waduh, gesekannya sukar dilukiskan (namanya juga pertama kali) apalagi saat itu juga helm di kepala kemaluanku dijilati oleh lidah hangat Fifi. Wow.. mana tahan, beneran mau ngecret rasanya.
Dan saat jepitan erat bibir Fifi, kakak tersayangku ini semakin turun kearah bulu-bulu kemaluanku yang mulai memenuhi pangkal senjataku, ujung kepala helm si junior juga menyentuh daging halus dan lembut langit-langit tenggorokan Fifi. Weleh.. weleh.. gila man.. nikmat sekali! dan, “Cret.. cret.. cret.. cret.. cret..” beberapa kali aku ngecret. Kulirik ke sana, si Fifi melirikku juga, gile pandangannya itu.. wow.. sexy sekali.. (sering aku membanyangkan dan terbayang-bayang terus wajah Fifi saat dia sedang mengkaraoke barangku) Gile deh, masih muda gini si Fifi sudah jago mengisap senjataku. Dia suka lagi.. tidak setetespun cairan maniku yang meleleh dari mulutnya. Wah di Bohongin film tuh, paling yang sampai meleleh gitu yah karena si ceweknya tidak mau menelan protein yang kita keluarkan, atau mungkin di film tuh sperma meleleh karena memang asyik melihat dan menonton cairan yang meleleh.
“Fiii… aduh.. enak sekaliii…” kataku merintih perlahan. Kencang-kencang takut orang tuaku mendengar lagi. Gile loh.. ini taboo, pamali.. incest.
“Jon.. hadiahnya belum selesai.. ini baru foreplay-nya buat elu…”
Hah..! Gile bener.. apalagi nih?
“Elu basahin memekku dengan ciuman yang tadi aku ajarin yah? sementara aku bikin burung elu tegang lagi.” kata Fifi lalu berdiri dan membuka CD-nya secepat kilat.
Kemudian dia menungging mengambil posisi 69 persis seperti gambar-gambar di internet yang kulihat kalau ada pasangan yang saling mengisap.
Begitu Fifi dalam posisi mengangkang dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya langsung tercium olehku. Gile bener.. nikmat sekali.. enak loh mencium bau khas liang kewanitaan cewek, wah pantesan banyak gambar orang lagi ismek dan jimek yah? Mula-mula kujilati dulu belahan liang kewanitaan si Fifi yang terlihat sudah mulai basah, lalu setelah beberapa kali dijilat dengan ujung lidah sampai badan lidahku juga, gelambir bibir luar si Fifi yang warnanya kemerahan dikit itu mulai membuka dan melebar. Nah habis itu jangan lupa pasti sasaran kita bibir dalam mungil yang warnanya pink. Sebelumnya pastikan lagi deh, jilati terus dari batas liang kewanitaan luar paling bawah dekat perbatasan anus sampai arah klitorisnya, tentu dengan jilatan panjang tanpa terputus, dijamin kegelian tuh cewek yang kita jilati. Nah begitu diulang beberapa kali.. asyik.. terasa kan sari buah segar dari tubuh cewek seperti yang kulakukan pada Fifiku ini, kalau terasa juice-nya mulai berkurang kan kurang asyik, ganti lagi dengan mengulum seluruh bibir luarnya yang melambai-lambai, yah mengulum dan menghisap lah, terus sambil sedikit jilat dan sedot terus, sehingga sisa juice dari tubuhnya dan sedikit sisa pada lidah kita tetap saja bisa kita nikmati terus. Biasanya cewek kegelian dan memproduksi lagi juice alami ini dari dalam tubuhnya. Wow.. asyik pasti deh kalau normal sama-sama menikmati kita dapat bonus lagi banyak juice.
“Aaahh.. enak Jon.. terus.. terus..” kata Fifi.
“Iya Fi.. blp.. aku juga keenakan.. slup.. slup.. dikaraokein elu itu.. slup..” jawabku.
“Blp.. blp.. ehm.. blp.. blp..” tidak jelas deh apa jawaban Fifi, yang jelas aku ingin sekali hadiahnya berlanjut terus sekalian juga aku membalas kenikmatan pada si Fifi dong, biar adil.
Saling jilat dan isep yang kami lakukan kuulangi lagi. Kali ini kutambah dengan jurus baru, gara-gara melihat gambar di internet (wah lihat gambar porno berguna juga kadang-kadang yah?). Aku mencoba memasukkan lidah ke dalam liang senggama si Fifi yang mungil tempat keluarnya juice nikmat tadi. Lubang itu sih terlihat nafsuin banget. Jelas terlihat empot-empotan membuka menutup dengan gerakan-gerakan merangsang nafsuku. Karena batang kejantananku letaknya jauh, yang paling praktis yah lidah dong. Kudorong-dorong saja lidahku memasuki lubang di liang kewanitaan kakak sexy-ku ini, sambil sesekali jurus-jurus gerakannya kugabung dengan menjilat celah liang kewanitaan dan mengulum semua bibir bawah si Fifi. Wah nikmat sekali, untung si Fifi sudah memberi kursus kilat cara ciuman dan kulum-kuluman.
Sukar dilukiskan kenikmatan yang kudapatkan deh, bayangkan saja, kakakku yang sexy sedang mengkaraoke senjataku, sambil liang kewanitaannya kujilati.
“Jon.. kayaknya elu sudah siap menerima hadiah lanjutannya nih,” kata si Fifi yang buru-buru bangun dan ganti posisi, kali ini dia berjongkok di atas pinggangku. Hehehe.. dia yang tidak tahan tuh. Asyik.. pasti aku akan bersenggama dengan kakak cantikku ini. Yang jelas sih memang batang kejantananku tidak ciut-ciut tuh. Alasan si Fifi saja untuk membuat liang kewanitaannya lebih basah dulu supaya kami bersetubuhnya lebih gampang, daripada alasan membuat juniorku ngaceng lagi
Dengan satu tangan memegang juniorku dan satu tangan lagi membuka celah liang kewanitaannya, Fifi menunduk melihat jelas-jelas supaya tidak meleset adegan persetubuhan kami yang pertama ini. Aku juga sampai menaikkan kepala kok walau sudah diganjal bantal tinggi. Gila kelihatan banget bibir kemaluan Fifi yang membuka dan siap disusupi oleh batang kejantananku yang ngaceng berat. Si Fifi perlahan-lahan menurunkan pinggulnya dan juniorku, helmnya terasa menyentuh belahan hangat basah liang kewanitaan Fifi. Makin si Fifi menurunkan pinggulnya, helm si Junior semakin tidak terlihat dengan perasaanku yang semakin keenakan.
Si Fifi yang tidak sabar begitu helm si Junior hilang dari pandangannya langsung menduduki pinggulku, yah sudah amblaslah seluruh batang tubuh si Junior dan batang kejantananku itupun lenyap dari pandangan.
“Aow… sakit Fi..” maunya aku sih teriak, habis mendadak gitu kulit batang kejantananku tertarik oleh jepitan erat dinding kewanitaan si Fifi. Terasa sekali gesekan dan tarikan kulit itu loh.
“Sstt.. jangan berisik.. aku juga sakit Jon.. kurang pas kali..” kata si Fifi lalu dia mencabut batang kejantananku dengan mengangkat pinggulnya lagi. Waw.. kenikmatan yang dirasakan tidak terlukiskan deh. Tidak sampai lepas semuanya, kali ini si Fifi menggoyang-goyang dulu pinggulnya sedikit untuk memperlancar pelumas atau arah yang tepat, aku tidak tahu deh. Lalu dia menurunkan lagi perlahan saja dulu. Nah ini baru mantap.. Pas masuknya. Sambil si Fifi goyang kiri kanan dikit dan maju mundur dikit, akhirnya batang kejantananku terbenam mantap di dalam liang kenikmatan kakak tersayangku. Duh.. ujung batang kejantananku menyentuh apaan yah? Jangan-jangan rahimnya kali!
“Oohhh.. Joni sayang..” si Fifi kakakku ini diam tidak bergerak lagi punggulnya tetapi bagian atas tubuhnya rebah menindihku. Dadanya yang padat berisi, menindih dadaku, dan wajahnya dekat sekali di depan wajahku.
“Fi.. gue boleh mengusap-usap badan elu nggak?” aku bertanya, takut melanggar janji. Dia tersenyum lalu mengangguk saja, dan buru-buru mulutku di cipok. Keras! bibirku sampai terbetot karena menciumnya dengan sedotan segala. Belum kaget aku atas kejadian itu, dia mencium lagi kali ini bibirku dilumatnya dan kamipun bersilat bibir lagi.
Aku tersadar akan ujung si junior yang menyentuh sesuatu di dalam sana.
“Fi.. elu bisa hamil nggak nih?” tanyaku dengan nada khawatir. Lah iya.. gila kali menghamili kakak sendiri, bersenggama dengan kakak kandung saja sudah perbuatan gila-gilaan. Apalagi sampai hamil.
“Tenang Jon.. baru saja gue selesai mens kok tadi pagi baru bersih..”
Hah? aku yang melongo.. pantesan saja dia juga sakit waktu kami baru bersatu tadi walaupun sudah becek sejak kujilati liang kewanitaannya.
“Fi.. elu nggak perawan sejak kapan nih?” tanyaku.
“Eh.. nakal yah tanya-tanya.. nggak usah di omongin deh.. nikmati saja yah Joni sayang..” kata si Fifi, yah sudah. Tapi kulihat dia jadinya sedih tuh gara-gara aku bertanya soal itu. Kami memang terdiam jadinya. Fifi cuma diam saat menindihku tanpa bergerak dengan memiringkan kepalanya di wajahku. Hidung kami bersentuhan. Aku menikmati sekali saat-saat ini. Saat-saat indah bersatu dengan kakak tersayangku. Dengusan nafas halusnya menyapu wajahku juga dengan keharuman nafas segarnya. (wah jangan-jangan tadi kumur-kumur dengan close-up cair dulu kali nih) Tanganku mengusap-usap punggungnya yang halus tapi sedikit berkeringat karena kupegang dalam keadaan lembab. Mungkin posisinya kurang enak, si Fifi menggerakkan bagian bawah tubuhnya sedikit. Wow.. sensasi dalam lubang tempat kami bersatu itu nikmat sekali.
“Fifi kakakku sayang, ngapain lagi nih sekarang..” tanyaku bingung. Nah tanpa menjawab dia bangkit dari menindih badanku. Kali ini dia benar-benar menduduki pinggangku. Wow buah dadanya yang mantap memerah karena tertindih tadi terlihat semakin indah saja. Putingnya juga ngaceng banget lagi, mancung.
“Nikmati yah Jon, jangan bergerak-gerak pinggulnya..” kata si Fifi.
“Ok boss..” Lalu mulailah si Fifi bergerak-gerak. mula-mula sih gerakannya cuma memajumundurkan pinggulnya saja sehingga batang kejantananku yang terbenam dalam-dalam tidak keluar sedikitpun, tapi didalam sana rasanya. Wah.. coba sendiri deh komentarku. Kalau aku bilang enak entar tidak percaya. Pokoknya sukar dilukiskan. Ujung kepala si Junior terutama helm junior tuh yang menikmati banget gesekan-gesekan di dalam rongga persetubuhan kami, sepertinya sih menyentuh-nyentuh sesuatu benda yang agak kenyal? seperti ada dodol bola deh di dalam sana. Apa iya itu rahim. Kepala si Junior mengelilingi dan menyenggol-nyenggol dodol bola itu. Gile bener.. sensasi yang ditimbulkan luar biasa enaknya, beneran loh aku terasa banget dan yakin, lubang kecil di helm si junior menyentuh dan disentuh sesuatu di dalam sana.
“Oohhh Jon..”
“Ya.. Fi..”
“Oohhh Jon.. Sayang..”
“Ya.. Fifi sayang..”
“Jon.. aaahh..”
“Ya Fifi kakakku tercinta.. eugh..”
“Oohhh Jon.. Sayang.. enak sekali.. kamu enak Yang?”
“Ya Fifi sayang… wah nikmat sekali aaah.. enak Fi..”
“Pegang dan remas-remas tetekku dong Jon..” kata si Fifi dengan manja.
“Wah tetek kamu mantap banget Fi.. pas susunya.. kenceng lagi..” pujian jujur dariku keluar deh.
“Oohhh Jon… terus Jon.. lebih kuat remasnya..”
“Ya Fi.. lebih enak?”
“Ooohh Jon.. terus Jon.. putingnya juga..”
“Oohhh.. aahhh Joniii..”
“Eh Fi.. jangan kenceng-kenceng..” kataku khawatir juga, habis makin lama semakin kenceng saja desahan dan suara Fifi yang keluar dari bibir sexy-nya itu.
Kali ini Fifi menunduk deh jadinya, mulutnya mencium mulutku lagi, nah suaranya kan cuma nafas doang tuh. Wah ada yang seru lagi. Kali ini Fifi mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Gila, rasanya gesekan batang kejantananku pada dinding liang kewanitaan Fifi yang menggenggam erat itu loh. Waw.. enak gila.. lebih enak dari Frozz deh. Sensasi yang di timbulkan sampai naik ke kepalaku, buktinya waktu melewati leher dan mulut nafasku semakin menderu-deru. Terbukti dong semakin enak.. asyik loh.
Cukup lama juga Fifi melakukan olahraga turun naik di atas pinggangku, pasti dia capek juga, habis biarpun AC kamarku dingin punggungnya keringatan tuh. Tanganku sampai basah telapaknya waktu mengusap-usap terus dari tadi. Tiba-tiba saja Fifi menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin keras menghujam kearah batang kejantananku, makin mantap deh tusukan-tusukannya. Lalu lidahku disedot kuat-kuat dan dia roboh lemas setelah tegang-tegang dikit sebelumnya. Wah…. ini orgasme kali yah? Kok aku kaga ngecret sih kata siapa orgasmenya cewek dan cowok mesti barengan?
Aku iseng ah, walau tidak disuruh kugoyang pinggulku menyodok naik dikit. Habis si Fifi diam sih, padahal tadi lagi asyik menggoyangkan pinggulnya.
“Oohhh Joni.. sayang.. nakal yah.. tapi enak Jon.. enak sekali.. iya terus Jon.. kamu enak Yang?”
“Ya.. Fifiku sayang.. kamu sudah orgasme yah.. wah licin nih Fi jadinya tapi nikmat juga kok aaah.. enak Fi.. enak sekali..”
“Iya Jon.. tadi aku mencapai surga tuh.. lidah elu nggak kegigit kan?” tanya si Fifi. Wah dia tidak sadar tadi menyedot kuat-kuat lidahku, dan dugaanku dia mencapai orgasme ternyata benar. Wah untung tidak digigit ya lidahku. Kalau tidak saat dia lupa gitu salah-salah aku jadi si bisu Joni lagi hehehe… habis lidahnya putus.
“Jon.. biar elu lebih menikmati hadiahnya, ganti posisi yah?” tawar si Fifi padaku. Asyik.. doggy style boleh aku praktikkan nih.
“Gaya nungging yah Fi?”
“Elu mau gaya begitu?”
“Iya Fi.. kayak di foto dalam internet.”
“Hayo deh berhubung ini hadiah..”
Kamipun berganti gaya jadi doggy style. Cuma sebentar saja, walaupun seru aku melihat Fifi dari belakangnya, dengan kulit punggung mulus walau berkeringat, pinggangnya yang ramping dan buah pantatnya yang besar jelas pemandangan indah tersendiri. Tapi.. ada yang bikin gaya ini jadi sebentar. Setiap kali kusodok maju batang kejantananku semakin ke dalam rongga liang kewanitaan si Fifi, dia seperti tersendak kesakitan.
“Kamu nggak enak yah Fi?” tanyaku pelan-pelan takut menyakiti kakak tersayangku.
“Nggak pa-pa, terusin saja, yang penting kamu senang..” jawab Fifi, weleh-weleh.. baru dua sodokan lagi reaksinya sama saja, kesakitan. Wah aku tidak mau jadi adik tidak berbudi. Dikasih hadiah sangat nikmat begini masak dengan tega menyakiti kakak tersayang sih?
“Fi.. ganti gaya lagi deh.. gaya apalagi yang kamu mau dan kamu anggap akan menyenangkan Joni?”
“Oh.. Joni sayang.. aku bener-bener sayang sama elu Jon..” kata Fifi begitu mengakhiri persetubuhan kami dan berbalik menghadap dan memelukku dengan erat. Lagi-lagi aku di cium olehnya, kali ini sebentar saja lalu dia mengambil posisi persis di tengah ranjang dan mengangkang lebar-lebar, dengkulnya ditekuk naik sampai dekat kepalanya.
Wah.. ini posisi surga bagiku. Gile bener.. melihatnya saja si Junior terkejut. Bibir luar liang kewanitaan Fifi otomatis merekah (karena indahnya bentuk bibir itu kadang-kadang ada yang mengumpamakan sebagai bunga yang merekah) bibir dalamnya yang berwarna pink dan tidak kalah sexy-nya di mataku ikutan merekah juga, membuka gerbang surganya yang berupa lubang hitam menantang untuk ditutupi oleh batang kejantananku.
Aku dengan masih berlutut bergerak mendekati pintu surga itu, dan dengan posisi sedikit berlutut itulah kutempelkan juniorku di pintu surga yang gelap itu. Kugesek sedikit seperti dalam BF lalu karena memang masih becek-becek dikit yah lancar saja kucelupin si junior dan batang kejantananku itu semuanya. Waw.. gesekan dinding liang kewanitaan kakakku ini masih saja mantap dan kesat, seret juga malah.
“Aahhh..” si Fifi malah yang bersuara.
“Enak Fi?”
“Iya gerakin keluar masuk dong Jon..”
Aku menurut deh, kugerakkan pelan-pelan saja. Tips; gerakkan ini sebaiknya divariasikan antara gerakan menusuk dengan seluruh tubuh dan gerakan menusuk menggunakan pinggul saja. Dengan gerakan pinggul saja tusukan batang kejantanan kita semakin dalam loh! dan semakin membuat cewek kita keenakan. Kata salah seorang teman cewekku sih, membawa cewek tembus surga ke-7. Apalagi dengan tusukan perlahan-lahan tapi mantap. Gocekan kiri kanan saat menusuk sebaiknya memang melingkari dodol bola di dalam sana, alias memoles seluruh permukaan bola dodol itu. Waw.. gocekan begini selain kitanya enak juga, kujamin, cewek normal akan segera mencapai orgasme dengan cukup cepat. Asal jangan lonte saja deh yang sudah kecapekan melayani langganan (dulu-dulu juga hooker high class senang sama aku gara-gara mereka ngakunya mencapai orgasme dengan teknikku ini, maklum si Joni pantang mencapai orgasme dibawah 1/2 jam, biasanya malah lebih 1 jam, yang penting mengatur pernafasan dan pikiran kita).
Memang tidak lama berlangsung, si Fifi kakak tersayangku ini buru-buru melebarkan kakinya lagi dan tangannya buru-buru meraih leherku untuk diciumi lagi. Gila ciumannya buas sekali, cepat dan srobotan terus. Pokoknya ciuman buas yah begitulah kali. Tiba-tiba saja aku yang tetap mengatur enak-enak tusukan mantap dalam persetubuhan kami terkaget lagi. Bibirku disedot keras lagi. Kali ini karena aku tahu bahwa si Fifi mungkin mencapai orgasme. Aku siaga, sengaja mulutku makin merapat, menjaga giginya kalau-kalau menggigit. Berhasil.. tidak kena gigit.
“Oohhh Jon.. sayang.. enak sekali.. ooohh Jonii.. sss.. kamu enak Yang?”
“Ya.. Fifi sayang.. aahhh.. nikmat sekali Fi.. aaah.. enak Fi..”
“Gila Jon.. elu belum mau keluar lagi yah?” tanya si Fifi setelah agak reda capeknya.
“Adik siapa dulu dong?” wah sempat-sempatnya kami yang sedang bercumbu begitu bercanda juga. Tuh hidungku dipencet si Fifi yang masih dalam posisi mengangkang heboh dan kutusuk, eh pompa deh.
“Enak nggak Jon hadiahku?”
“Bukan enak lagi Fi.. indah dan bagus sekali.. aku nggak mungkin bisa membalas hadiah seperti ini..” jawabku.
“Ah Joni.. Joni.. adikku sayang.. kalau bukan adikku.. aku mau aja deh pacaran sama elu Jon..”
“Loh memangnya sekarang kagak bisa apa?”
Akhirnya sambil bercinta dengan hot terus sebelum aku ngecret lagi kami ngobrol-ngobrol sedikit.
Aku tidak menyinggung soal keperawanan dan pacarnya sekarang. Dia cuma cerita batang kejantananku adalah yang terpanjang dan terbesar yang pernah dia rasakan, padahal dia baru mencoba 2 batang kejantanan selain punyaku.
“Fi.. gara-gara cerita ngesek dan soal batang kejantananku yang super menurut elu, kayaknya aku mau keluar lagi nih..”
“Aahhh.. Joni.. Sayang.. jangan takut.. aku sayang banget sama elo Jon.. silakan saja keluarkan di dalam rahimku Jon.. jangan khawatirkan apa-apa..” kata si Fifi sambil mengusap-usap perutku segala sekaligus mengusap-usap wajahku. Ah mana tahan aku melihat wajah manisnya yang cantik dan tersenyum terus melihatku. Kupompa semakin cepat dikit deh dan dalam-dalam setiap tusukannya.
“Oohhh.. oh.. ah.. ahhh.. heh.. heh.. eh.. eh..” begitulah suara kami berdua akhirnya gara-gara aku mempercepat irama persetubuhan kami. “Jonn.. aku keluar lagi nih.. aaahh Joniii…” Wah tampang sexy si Fifi saat mencapai Orgasmenya yang ketiga kali ini tidak bisa kutahan lagi deh, apalagi wajahnya yang memerah berusaha tetap tersenyum senang dan tidak memejamkan matanya tapi melihat ke dalam mataku. Wah.. sudah nyobain belum bersetubuh sampai ceweknya mencapai orgasme tapi tidak merem tuh cewek, nah tampangnya cewek begitu menurutku adalah tercantik darinya. Dan biasanya nikmat melihat wajah cewek saat mencapai orgasme, sepertinya lebih enak dari orgasme itu sendiri bagiku. Makanya hobiku bikin orgasme cewek, bukannya aku orgasme duluan, tidak sedikit kok aku malah tidak orgasme saat bersatu dengan cewek. Sweer.. mula-mula kupikir aku impoten, tetapi ternyata sebagian cewek bilang malah aku terlalu perkasa urusan ranjang dan senggama begitu, Well nggak tahu deh, walaupun hobby bercinta, kupikir tidak perlu setiap bersenggama kita mengeluarkan sperma dong?
“Cret.. cret.. cret..” entah berapa kali saat ini aku ngecretnya. Yang jelas cairan hangatku menembak bola dodol dalam medan tempur kami berdua. Wah saat terkejut, begitu kenikmatannya sukar dilukiskan juga loh. Aku sampai roboh kecapaian dalam pelukan si Fifi yang masih ngangkang terus.
“Oohhh Fifi sayang..”
“Yah.. Joni adikku sayang..”
“Hadiah kamu tak ternilai Fi..”
Malam itu kami tidur seranjang. Bohong besar kalau aku cerita senggama sampai pagi. Aku kecapaian kok. Sepertinya waktu baru berbaring sama-sama sebelum tidur, karena kami sama-sama capek untuk matiin lampu, aku melihat hari sudah pukul 3 pagi.
Dalam ngobrol-ngobrol sebelum pulas, sepertinya si Fifi cerita, perawannya hilang waktu SMA kelas 2, saat pergi ke luar kota barengan kakak kelas lalu sekarang ini sehabis menikmati dan tahu si Fifi tidak perawan lagi, pacarnya yang di kampus mulai menjauhinya, jadi dia kosong tuh saat ini, belum ketemu cowok yang sreg.
Dan sebelum pulas kami juga berandai-andai, siapa tahu saja bisa sama-sama terus setiap malam minggu pergi barengan saja. Soal tidur malam sih, sepertinya pintu penghubung antar kamar kami mesti dicari kuncinya tuh, maklum sudah lama tidak pernah dibuka.
{sdrn crt dws pns}

kakak ketagihan bermain sex sama adik kandung nya.

Kakak Ketagihan Seks Adik Kandung
Cerita dewasa incest sedarah – Nama gue Erlina, saat ini tercatat sebagai mahasiswi ekonomi Universitas swasta yang ada di Bandung. Ayah gw berasal dari Bandung, sedangkan ibu gw asli Sukabumi, mereka tinggal di Sukabumi. Cerita dewasa sedarah ini menceritakan kisah nyataku yang terjadi saat masih duduk dibangku sekolah, tepatnya saat kelas 1 SMA. Dan skandal seks tabu ini masih terus berlanjut sampai detik ini! gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung gw sendiri. Sebagai kakak kandung hasrat hubungan sex dengan adik itu slalu saja gagal kubendung.
Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.
hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi
Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.
aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.
kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.
Ada apa sih kak? katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.
Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya.
Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.
Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.
Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.
Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana.
kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.
Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya.
Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!
kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir.
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.
Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku
Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul.
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.
Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.
ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii…
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.
Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan.
Hihihi.. kakak terangsang ya..?
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.
Ini basah banget apaan Kak..?
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.
Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.
Dikit aja Kak… Please..!
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.
Enak ya kak..?
Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!
Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya.
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina Gw.
ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.
Iya Kak..!
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.
Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.
Ouughhh..! katanya.
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.
Wahh..! Gila adik ya..!
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.
Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang.
uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Begitulah cerita dewasa sedarah itu terjadi, dan terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw sampai sekarang !
{dri saduran cerita panas}

sex dengan ibu kandung ku.

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Rabu, 02 November 2011

buah tragedi

Namaku adalah Sany I*** (edited). Aku adalah seorang wanita karier berumur 28 tahun dan memiliki sebuah keluarga yang sangat saya sayangi. Suamiku bukan orang Indonesia, dia adalah orang Taiwan dan kami memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik dan sudah berusia 8 tahun sekarang ini. Hubungan perkawinan kami sangat rukun dan kami tidak pernah mengalami masalah dengan hubungan seksual ataupun keuangan karena walau bagaimanapun baik aku dan suamiku mempunyai posisi yang sangat bagus di perusahaannya masing masing.

Suamiku sering pulang pergi dari Taiwan ke Indonesia dan selalu singgah ke Singapore sebelum ke Jakarta, hal ini disebabkan karena dia bekerja di Taiwan apalagi dia tidak begitu bisa dalam bercakap-cakap bahasa Indonesia sehingga di dalam kehidupan pernikahan kami, kami selalu menggunakan bahasa mandarin atau bahasa Inggris, sehingga anak kami yang bernama Melissa mengusai 3 bahasa.

Wang K*** (edited) adalah nama suamiku dan aku sangat menyayanginya. Dia selalu pulang ke Jakarta setiap 2 minggu sekali tetapi walaupun demikian, aku tidak merasa kesepian dan tidak ada keinginan untuk melakukan affair dengan laki-laki lain walaupun percaya atau tidak, banyak teman laki-lakiku di sini sering mengajakku kencan dan ada juga yang mengajak bercinta secara terang-terangan sewaktu suamiku tidak ada di Indonesia, tetapi aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan karena aku sangat menyayanginya.

Suatu hari di malam hari tanggal 31 Oktober 2000 (beberapa hari yang lalu), aku baru saja menyajikan sarapan malam untuk Melissa dan untuk diriku sendiri. Melissa melahap masakan char siew buatanku yang menjadi salah satu kegemarannya sehingga membuat tubuhnya semakin gemuk.

Sewaktu kami sedang makan, tiba-tiba telepon berdering dan saya menunda sarapan malam saya untuk menerima telpon tersebut. Ternyata, orang di telepon itu adalah suamiku sendiri yang mengatakan bahwa malam ini dia berada di Taiwan airport bersama teman bisnisnya. Dia berkata bahwa dia kangen sekali untuk bercinta denganku dan dia berkata bahwa setelah bisnisnya di Taiwan selesai, dia akan langsung ke Jakarta untuk bercinta denganku. Percakapan 30 menit kami terpaksa berhenti karena adanya suara wanita di latar belakangnya bahwa dia mesti “boarding” karena pesawat akan diberangkatkan. Dengan perasaan sedih dan kesal, aku terpaksa mengakhiri percakapan kami.

Untuk menghilangkan perasaan kesalku, aku mendekati anak perempuanku yang sedang asyik bermain dengan Play Station dan aku ikut bermain dengannya. Sewaktu aku sedang bermain-main dengan anakku, telepon berdering kembali dan aku menyangka itu dari suamiku, ternyata orang yang meneleponku adalah adik kandungku dan dia seperti hendak berkata sesuatu dengan perasaan sedih dan aku mengetahuinya karena dia gugup sekali sewaktu hendak berbicara denganku.

Tak lama, akhirnya dia menceritakan bahwa dia baru saja mendengar dan menyaksikan sebuah kecelakaan pesawat terbang di CNN dan dia menyebutkan sebuah nomor pesawat SQ006 yang membuat hatiku menjadi hancur berkeping-keping karena suamiku yang sangat kusayangi berada di dalamnya. Aku mendadak menangis dan merasa lemas di seluruh badan, kemudian aku tidak ingat apa-apa setelah itu. Setelah aku sadar dari pingsanku, adik perempuanku yang meneleponku tadi berada di sisiku bersama suaminya dan anakku. Melihat mereka, aku menjadi menangis kembali dan mereka menyarankan agar aku pergi ke Taiwan saat itu juga, aku mengiyakan mereka dan setelah aku siap, aku langsung pergi ke Airport dengan menggunakan taksi sementara adikku dan suaminya menemani Melissa untuk beberapa hari selama aku pergi ke Taiwan.

Selama perjalanan, aku tidak henti-hentinya menangis di dalam hati karena aku tidak mau orang-orang di sekitarku tahu bahwa aku sedang menangis. Akhirnya aku sampai juga di Taiwan dan aku langsung mencari kantor Singapore Airline dan mencari orang yang mengetahui secara jelas apa yang terjadi dalam insiden tersebut dan mengkorfimasikan pada mereka bahwa suamiku adalah salah satu korban di dalam kecelakaan tersebut.

Setelah aku mengidentifikasi jenazah suamiku yang sudah tidak berbentuk lagi, aku duduk seorang diri di salah satu bangku dan badanku lemas semuanya. Aku masih bengong saja dan tak tahu mesti berbuat apa apa setelah mengidentifikasikan jenazah suamiku sampai seseorang pria Taiwan menegurku. Setelah kami bercakap-cakap, aku mengetahui bahwa laki-laki yang mengaku bernama Sam Yam ini kehilangan istri dan anaknya di dalam kecelakaan yang juga dialami oleh suamiku.

Aku juga semakin lama semakin tidak mengerti mengapa akhirnya aku akrab dengan Sam Yam yang baru saja kukenal. Dia mengajakku ke sebuah restaurant yang tidak jauh dari Chiang Khai Sekh Airport. Kami saling bercakap-cakap mengenai kehidupan kami masing-masing dan Sam memesan 2 botol anggur merah dan kami berdua sama-sama meminum anggur merah yang dia pesan untuk menghilangkan kesedihan dan kedukaan yang kami alami masing masing.

Aku memang tidak pernah minum anggur selama hidupku sehingga beberapa teguk anggur merah itu membuatku menjadi mabuk. Aku masih ingat bahwa Sam menggendongku ke mobilnya di saat aku sudah mabuk sambil aku ngomong ngalor-ngidul tidak karuan.

Selama di mobil Sam, aku kembali menangis, tertawa dan menggoda Sam yang sedang menyetir dan disaat itu aku benar-benar tidak tahu ke mana Sam akan membawaku pergi. Akhirnya aku merasakan mobil Sam berhenti di suatu tempat dan aku masih mabuk dan aku hanya merasakan bahwa badanku sedang digendong oleh Sam ke apartemen dan akhirnya tiba di suatu ruangan kamar yang aku yakin itu adalah kamar tidurnya karena kemudian aku dibaringkan oleh Sam di ranjang tersebut.

Sam pergi meninggalkanku seorang diri di ranjang tersebut dan aku terus berteriak-teriak memanggil nama suamiku dalam bahasa Mandarin dan kadang-kadang aku tertawa dan kadang-kadang aku menangis. Aku benar-benar tidak sadar atas apa yang terjadi dengan diriku dan yang aku tahu bahwa aku sudah seperti orang gila yang tertawa dan berbicara pada diri sendiri.

Beberapa menit kemudian, Sam datang kembali ke ranjang di mana aku sedang berbaring karena aku melihatnya samar-samar dalam keadaan mabuk. Aku memperhatikan bahwa dia sedang membalut wajahku dengan kain yang sudah bercampur dengan es. Aku tahu bahwa dia ingin membuatku sadar dari perasaan mabuk dan teler akibat red wine itu.

Dikala Sam sedang melap wajahku dengan kain merah itu, aku langsung memeluk Sam tentunya dalam keadaanku yang masih tidak sadar. Saat itu, aku menyangka bahwa Sam adalah Wang Hui (suamiku) sehingga aku terus saja menciumnya dengan penuh nafsu dan sepertinya Sam ikut hanyut dalam ciumanku dan mulai menciumku dengan penuh mesra dan mungkin juga dia menganggap aku seperti istrinya yang telah meninggal. Tanganku mulai turun dan mengelus kejantanannya yang telah mengeras seperti baja. Sam mulai menyambutnya dengan mencium seluruh wajahku seperti orang yang sudah lama tidak melakukan seks. Mulai dari keningku, kemudian hidung, dan akhirnya mulutku. Aku membalas ciumannya dan akhirnya kami French Kissing. Lidah kami bertemu dan bergelut.

Badan kami mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa permainan ini akan menjadi menarik. Tangannya mulai membuka baju piyamanya. Tanpa melepaskan French Kiss kami, dia membuang bajunya dan mulai melepaskan BH-ku ke lantai. Tangan nakalnya mulai memainkan payudaraku yang indah. Tangannya mulai melepaskan pakaianku dan tak lama celana dalamku juga menyusul terhempas di lantai apartemennya. Ciuman kami terlepas untuk mengambil nafas. Nafas kami mulai menjadi berat dan kami bergerak menurut insting kami.

Sam mulai menciumi leherku dan terus turun ke arah payudaraku. Sam menciumi payudaraku dan menjilati puting susuku. Setelah lumayan puas dengan payudaraku, tangannya mulai bermain di bibir kewanitaanku. Sam memasukkan satu jari dan merasakan bibir kemaluanku mulai membasah. Sam tidak mau buang-buang waktu lagi. Sam terus menjilati bibir kemaluan dan klitorisku. Langsung saja aku mengerang dengan nada penuh kepuasan.

Sambil terus menjilati klitorisku, Sam memasukkan dua jari ke liang kewanitaanku. Tangan Sam yang satunya menemukan payudaraku dan mulai mencubit-cubit ringan puting susuku. Aku mengerang dengan gembira dan cairanku mulai tumpah dan aku telah mencapai orgasme yang keras. Sam tidak peduli, dengan ganas dia dorong maju mundur jemarinya dan dangan keras dia jilati klitorisku. Aku mendapat orgasmeku yang aku sendiri tidak tahu itu yang keberapa. Batang kemaluannya yang sejak tadi keras dan online siap-siap dimasukkan lubang cintaku. Aku menciumnya sambil terus menyebut nama suamiku yang telah meninggal.

Setelah itu, aku langsung mengulum batang kemaluannya dan aku langsung meletakkan kemaluanku di atas wajahnya. Langsung saja kujilati. Dalam posisi 69 ini, kami saling memuaskan satu sama lainnya. Tak lama, aku merasa cairan wanitaku akan keluar. “Wang Hui, I’m cumming..” aku terus menyebut nama suamiku tanpa menyadari bahwa laki-laki yang sedang kusetubuhi adalah orang asing yang baru kukenal dalam 1 hari.

Kami sangat kecapaian dan berbaring sebentar. Rupanya Sam masih hot. Aku masih memegang-megang batang kemaluannya dan genggamanku mulai bergerak naik turun. batang kemaluannya yang masih belum kuat langsung saja berdiri tegap. Aku duduk mengangkang dan mengendarai batang kemaluannya. Badanku naik turun berirama. Tangannya memainkan puting susuku yang mulai mengeras dalam pegangannya. Dia mulai mengerang dan berteriak, “Enak!”. Pinggulku juga turut bergerak naik mengikuti irama Sam.

Tanda-tanda ejakulasi mulai muncul dan irama kami semakin lebih cepat. “Ooh.. ooh..” Kami berdua mengerang bersamaan dan akhirnya aku merasakan otot-otot liang kewanitaanku mengeras dan cairan manisku tumpah ke atas batang kemaluannya. Pada saat itu juga batang kemaluannya menembakkan cairan laki-lakinya ke dalam liang kewanitaanku dan aku merasakan sensasi yang selalu kurindukan.

Kami berpakaian kembali. Kami berdua tidur berpelukan. Esok paginya, aku sungguh terkejut ketika melihat tubuhku yang dalam keadaan telanjang. Aku membangunkan Sam yang tidur sambil memeluk tubuhku dengan mesranya. Aku menanyakan apa yang terjadi dengan diri kami. Sam menceritakan seluruh kejadian yang dialami oleh kami selama semalam dan aku langsung terkejut dan meninggalkan rumah Sam dengan berjuta penyesalan. Dengan beribu ribu penyesalan, aku langsung kembali ke Airport untuk menemui jenazah suamiku dan aku berharap dia mau memaafkan apa yang terjadi antara aku dengan orang yang baru saja kukenal, Sam Yam.

Maafkan aku, suamiku sayang dan selamat tinggal sayangku. Aku berjanji bahwa aku tidak akan melakukan hal itu lagi. Para pembaca, bisakah kalian memberitahu kepadaku apakah ini semua kesalahanku?
jangan pernah coba nya.(di edit dari file 17om.cerita)

ponakanku

TIGA KEPONAKANKU
Nama-nama dalam cerita ini adalah nama yang disamarkan, tetapi ceritanya betul-betul terjadi. Sebut saja namaku Andi, pria berumur 30 tahunan. Aku ingin menceritakan beberapa pengalamanku. Cerita ini terjadi pada tahun 1993, aku diultimatum ayah untuk melanjutkan kuliah di kota kelahiranku, yaitu kota P*** (edited). Sebelumnya, aku kuliah di kota Y*** (edited) dan kuliahku berantakan karena terjerumus ke pergaulan bebas, ternyata ayah mendapatkan informasi tentang sepak terjangku sehingga keluarlah ultimatumnya.
Setelah mengurus semua surat-surat kepindahan, pulanglah aku ke kota P*** (edited) dan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Di kota P*** (edited), aku tinggal di rumah kakak sepupuku karena orang tuaku tinggal di desa. Kakak sepupuku mempunyai 3 orang anak perempuan yang cantik dan montok. Anak pertama bernama Donna, umurnya 16 tahun. Anak kedua bernama Vivian berumur 13 tahun. Anak ketiga bernama Lisa berumur 11 tahun. Walaupun mereka bertiga masih ABG tetapi tubuhnya benar-benar montok, mungkin karena gizi dan hormon yang berlebihan.
Untuk singkatnya, aku mulai dengan pengalaman bersama Donna yang berumur 16 tahun dan baru duduk di kelas I SMU. Pada suatu siang, kami berdua nonton televisi di ruang keluarga, acaranya tidak ada yang bagus.
“Om.. tolong pijatin dong betis kakiku, capek nih habis olah raga di sekolah,” kata Donna tiba tiba.
Wah… kesempatan datang nih pikirku.
“Ayo.. kamu tengkurap di sofa aja ya?” jawabku kegirangan karena merasa mendapatkan kesempatan.
Kemudian Donna telengkup di sofa dan aku duduk di ujung sofa, telapak kakinya kuletakkan di atas pahaku dan aku mulai memijat kakinya. Dengan pelan dan penuh perasaan, aku mulai memijat dari pergelangan kaki terus naik ke atas betis, bergantian kaki kiri dan kanan. Ketika aku asyik memijat betis kaki kanannya, tanpa aku sadari telapak kaki Donna menempel sesaat di kemaluanku dan kontan darahku mengalir kencang serta kemaluanku menjadi keras. Aku perhatikan Donna, apakah dia sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia santai saja. Kemudian aku teruskan memijat betisnya dan kejadiannya berulang lagi, karena sekali ini aku yakin Donna sengaja, maka aku nekat menarik telapak kakinya dan menempelkannya di kemaluanku, ternyata Donna diam saja dan hal ini bagiku merupakan lampu hijau.
Donna semakin berani, telapak kakinya menekan-nekan halus kemaluanku dan kepalaku mulai sakit karena nafsuku mulai naik.
“Donna.. kita pindah ke kamar kamu yuk.., supaya lebih rileks,” kataku penuh dengan harapan.
“Yuk ah.. Donna juga kepengen lebih rileks,” katanya yang membuatku semakin kegirangan.
Setelah di dalam kamarnya, Donna langsung telungkup di atas ranjang dan aku mulai melanjutkan pijatanku. Sekali ini aku jauh lebih nekat, karena aku yakin Donna juga pasti menginginkannya. Sambil memijat betisnya, telapak kakinya kutempelkan di kemaluanku dan Donna tampaknya langsung mengerti, karena setelah itu telapak kakinya langsung menekan-nekan halus. Wajahku mulai terasa panas dan nafasku pendek-pendek, aku mulai horny tetapi aku harus sabar dan tidak boleh terburu-buru, takut Donna shock dan menyebabkan semuanya berantakan. Dengan perlahan, aku mengeluarkan penisku yang telah mengeras dari celana pendek yang kupakai.
Ketika merasakan benda asing, Donna tampaknya agak kaget dan terdiam sebentar, tetapi tidak lama kemudian dia mulai menggerakan telapak kakinya kembali. Ujung jari kakinya menyentuh halus biji kemaluanku dan terus naik ke atas sampai ke batang penis dan kepala penisku. Kadang-kadang ditempelkannya seluruh telapak kakinya dan rasanya aku benar-benar hendak muncrat keluar. Kupegang telapak kakinya dan kulebarkan jari jempolnya, kuselipkan batang kejantananku di antara jari jempol kakinya dan kujepitkan kejantananku naik turun. Wah.. rasanya benar-benar nikmat. Kuperhatikan Donna begitu menikmatinya dan aku pun yakin dia pasti sangat horny juga. Karena aku takut air maniku muncrat keluar, kuhentikan jepitan jari kakinya dan kuteruskan memijat. Pelan tetapi pasti, aku mulai memijat pahanya, karena dia juga memakai celana pendek maka dapat kurasakan kehalusan kulit pahanya yang putih dan lembut. Tanganku terus naik ke atas, ke pangkal dalam pahanya, bagian dalam pahanya kupijat pelan sambil sekali-kali kuraba. Dapat kurasakan sekali-kali Donna mengencangkan pahanya, aku yakin liang surganyaya mulai basah. Kemudian aku pindah ke pantatnya, di sana kupijat dengan memutar-mutarkan telapak tanganku sambil menekan-nekan.
Kulihat Donna mulai menggigit bantal dan menggesek-gesekan vaginanya di ranjang. Karena aku tidak mau permainan ini cepat selesai, maka aku memutuskan menurunkan libido Donna sedikit. Tanganku mulai memijat pinggang dan punggung Donna. Gerakan tanganku biasa saja karena aku menginginkan libido Donna menurun sedikit. Ketika aku memijat bahu Donna, aku sengaja duduk menimpa pantatnya. Sekarang saatnya naik lagi, sambil memijat dan meraba lehernya, batang kejantananku kugesek-gesekan di bokongnya. Sekali-kali kumasukkan jari kelingkingku ke dalam kupingnya dan Donna menggelinjang kegelian. Aku semakin horny, dengan telungkup di atas tubuhnya kujilat-jilat leher dan belakang kupingnya. Donna mendesah-desah kegelian dan keenakan.
“Oke Donna.. sekarang bagian depan,” kataku sambil membalikkan badannya yang telungkup.
“He eh..” jawab Donna terdengar lemas.
Setelah Donna terlentang, aku duduk di samping tubuhnya dan mulai memijat pahanya. Kupijat pelan-pelan bagian dalam pahanya, Donna memejamkan matanya dan begitu menikmatinya. Tanganku kunaikkan sedikit, tetapi tidak sampai menyentuh kemaluannya, aku ingin Donna benar-benar terbakar. Kemudian tanganku pindah ke perutnya, kaosnya kusibakkan sedikit. Sambil meraba-raba perutnya yang kencang dan putih, kusempatkan menggelitik pusarnya dengan jari kelingkingku. Nafas Donna terdengar menderu-deru dan dia mulai mendesah-desah keenakan.
“Aduh Om… geli sekali..,” katanya sambil membuka mata.
“Ngga apa-apa Donna, tahan sedikit dan nikmati saja.” kataku berusaha menenangkannya.
Posisi duduk kugeser ke samping kepalanya. Sambil tetap memijat dan meraba-raba perutnya, akukeluarkan penisku yang sudah keras. Kudekatkan ke wajah Donna. Bibirnya bergetar karena baru sekali ini melihat penis dan dari dekat sekali. Kubiarkan Donna menikmatinya. Tanganku kuselipkan ke dalam celana dalamnya. Terasa bulu bulunya yang masih halus. Kupijat-pijat sambil kuraba-raba. Sekali kali kusentuh kemaluannya yang benar-benar sudah basah, kutekan-tekan halus klitorisnya, Donna mengelinjang kegelian dan keenakan. Batang kejantananku semakin kudekatkan ke wajahnya dan kugosok-gosokan di pipinya yang halus, mata Donna terpejam malu, tetapi aku yakin ia menikmatinya karena wajahnya memerah dan nafasnya menjadi sangat berat.
“Om… kepala Donna sakit, nyut-nyutan..,” katanya sambil membuka matanya yang terpejam tadi.
“Oke Donna… Om tuntaskan permainan ini ya..?” kataku sambil menurunkan celana pendeknya sekalian melepaskan celana dalamnya.
Kubuka pahanya lebar-lebar, dan vaginanya benar-benar merangsang, basah mengkilap dan merah. Pelan-pelan mulai kujilat pahanya dan terus naik ke bagian dalam.
“Shhh… ah… geli Om…,” Donna menggelinjang.
Kujilat-jilat lubang anusnya, bibir vaginanya dan lubang kencingnya. Terus kujilat-jilat klitorisnya sambil menghisap dan menggigit-gigit kecil.
“Ah… Om… Donna ngga tahan Om..,” Donna mulai meracau liar.
Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang-goyang.
“Tahan sebentar Donna dan nikmati saja,” kataku.
Terus kujilat dan kuhisap klitorisnya, jari telunjukku kutusuk sedikit-sedikit ke lubang anusnya, sementara tanganku yang satunya meremas-remas payudaranya dan memilin-milin putingnya yang sudah keras.
“Aduh… ampun… Om… shhh… ahhh..,” suaranya serak.
“Om… Om.., enak… geli… ahhh… aduhhh..,” racaunya.
Kupikir sekaranglah saatnya untuk membuat Donna merasakan orgasme. Kupercepat semua gerakanku, semakin cepat dan cepat. Dan meledaklah Donna, pinggulnya terangkat, sehingga badannya melengkung.
“Ahhh… shhh… aduhhh… shhh..,” teriak Donna.
Rupanya dia telah sampai ke puncak orgasme. Cairan dari liang wanitanya mengalir deras dan kuhisap serta kujilat habis. Benar-benar enak dan baunya merangsang sekali. Donna terbaring lemas, matanya terpejam, nafasnya masih tersenggal-senggal, tetapi mulutnya tersenyum manis. Kuambil tissue dan kubersihkan vaginanya, kucium lembut bibir kemaluannya, kemudian kupakaikan lagi celana dalam serta celana pendeknya.
“Kamu pasti lemas dan mengantuk ya..? Tidurlah..!” bisikku kepada Donna dan kucium keningnya.
“Terima kasih Om, lain kali kita ulangi lagi ya..?” jawab Donna sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Beres… kamu tinggal ngomong saja..,” kataku sambil membalas kedipan matanya.
Kemudian aku keluar dari kamarnya, menuju kamar mandi untuk masturbasi. Bagaimanapun aku tidak tega memperawani keponakanku sendiri, cukup oral seks saja dengannya.
Aku lanjutkan dengan pengalamanku bersama Vivian yang berumur 13 tahun dan baru duduk di kelas I SMP.
“Om… ajarin Matematika dong, ada PR sekolah yang Vivian ngga ngerti.” panggilnya dari dalam kamar.
“Bagian mana yang ngga ngerti?” tanyaku sambil menghampirinya dan duduk di kursi sebelahnya.”Ini nih.., bagian persamaan kuadrat,” jawabnya.
Mulailah aku menerangkan tahap demi tahap kepadanya, kebetulan aku sendiri menyukai Matematika. Setelah setengah jam, semua PR Vivian selesai dikerjakannya.
“Oke Vivian.., sudah selesai semua dan Om mau tidur siang,” kataku sambil berdiri dari kursi.
“Sebentar Om.., jangan tidur dulu.., tolong dong pijatin tangan Vivian, memar nih..,” ujarnya seraya menunjukkan lengannya yang memar.
Kulihat lengannya memang memar dan kuajak dia duduk di lantai. Kupijat bagian yang memar dan dia meringis kesakitan. Sambil kupijat, aku melirik payudaranya yang sudah tumbuh dan glek… aku menelan ludah. Timbul pikiran nakalku untuk mengerjai Vivian. Sambil memijat lengannya, aku memikirkan bagaimana caranya supaya bisa ngerjain Vivian. Lagi asyik berpikir, tiba-tiba aku terkejut karena Vivian dengan santainya meletakkan telapak tangannya di atas kemaluanku. Wah… pucuk di cinta, ulam tiba nih. Aku pikir Vivian pasti sengaja dan kemaluanku mulai mengeras. Tangan Vivian mulai meraba-raba dan meremas halus kemaluanku. Matanya mulai terpejam dan nafasnya berat, kulihat wajahnya mulai memerah. Aku diamkan saja dan mulai menikmati. Ternyata ABG sekarang nafsunya besar-besar, mungkin hormon mereka juga besar.
“Om.. boleh ngga Vivian tiduran di paha Om..?” tanyanya.
“Boleh.. boleh..,” jawabku kegirangan.
Dan Vivian meletakkan kepalanya di pahaku. Tangannya masih tetap membelai-belai dan meremas halus kemaluanku yang berdenyut denyut. Wah… aku jadi tambah horny. Tangan Vivian semakin berani, dimasukkannya ke dalam celana pendekku melalui pahaku. Disibakkannya celana dalamku dan mulai diremas-remas biji kejantananku. Tanganku sendiri asyik meremas-remas payudaranya yang montok dan mencuat. Kuselipkan tanganku ke balik kaos yang dipakainya dan kusibakkan BH-nya. Mulailah kupilin-pilin putingnya yang masih kecil tetapi sudah mengeras.
“Ooo… shhh… geliii… Om..,” Vivian mulai mendesah, “Aduh… ahhh… shhh… enakkk… terusss..,” suaranya terdengar begitu merangsang.
Pahaku mulai diciumi Vivian, sekali-kali dijilatnya. Aku benar-benar kegelian, kurasakanpenisku mulai basah. Apakah Vivian sering nonton blue film, kok pintar begitu, atau memang sedang puber?
“Om… boleh ngga lihat anunya?” malu-malu Vivian bertanya kepadaku.
“Boleh… boleh…” jawabku sambil melepaskan celana pendek serta celana dalamku.
Dia tampaknya benar-benar horny, tangannya gemetar memegang penisku yang tegang dan membengkak. Kuambil tangannya yang lain dan kuarahkan ke biji kemaluanku. Vivian secara otomatis mulai meremas-remas batang dan biji kejantananku dan aku juga mulai meremas-remas payudaranya serta sekali-kali memilin putingnya. Kami lakukan itu sekitar 15 menit.
“Vivian… jilat dong penis Om..,” aku mulai membujuknya.
“Tapi Vivian ngga pernah dan ngga bisa Om..,” jawab Vivian malu-malu.
“Anggap saja kamu lagi jilat ice cream atau permen begitu…” kataku sambil mendekatkan batang kejantananku ke mulutnya yang mungil.
Dan Vivian tidak lagi menolak, dia mulai menjilat batang penisku, lidahnya begitu kecil danmenimbulkan sensasi yang luar biasa. Tanganku memegang kepalanya dan mengarahkan ke buah kejantananku, terus turun ke lubang anusku, naik kembali ke buah kejantananku, naik ke batang dan berakhir di kepala kemaluanku, demikian berulang kali naik turun. Setelah kurasakan Vivian mulai mahir, kulepaskan tanganku yang memegang kepalanya. Amboi… sebentar saja Vivian sudah menguasai pelajaranku. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam celana pendeknya dan terus menyibak celana dalamnya.
Aku mulai meraba-raba vaginanya yang masih gundul alis botak tidak berbulu. Vivian menggelinjang kegelian, tetapi masih tetap menjilati batang kejantananku. Kepalaku mulai nyut-nyutan dan darahku semakin kencang mengalir, wah… harus cepat-cepat nih. Dengan jari tangan kubuka lipatan vagina Vivian dan kuputar-putar di klitorisnya, sekali-kali kuarahkan jariku ke lubang anusnya dan kutusuk-tusuk lembut. Pinggul Vivian bergoyang-goyang antara kegelian dan sekaligus nikmat.
“Vivian… sekarang masukkan penis Om ke dalam mulut kamu dan hisap pelan-pelan.” kataku terengah-engah.
Vivian memasukkan batang kejantananku ke mulutnya dan mulai menghisap-hisap.
Kugoyang-goyangkan pinggulku sehingga penisku keluar masuk mulutnya yang mungil. Tanganku tidak berhenti mempermainkan vaginanya. Dan tiba-tiba kulihat pinggul Vivian semakin cepat bergoyang, ah… dia pasti hampir orgasme. Aku pun semakin mempercepat goyangan pinggulku dan penisku semakin cepat keluar masuk mulutnya yang mungil, tanganku pun semakin cepat memilin-milin klitorisnya. Pinggul Vivian terangkat ke atas, pahanya menjepit jari tanganku. Bersamaan itu, di dalam mulutnya, batang kejantananku memuntahkan air mani yang begitu banyak, sebagian tertelan olehnya dan sebagian mengalir keluar dari ujung bibirnya. Ooo… nikmatnya…, setelah orgasme yang bersamaan, Vivian terbaring lemas di lantai. Kuambil tissue dan kubersihkan mulutnya serta liang kegadisannya. Setelah bersih semua, kurapikan kembali celana pendek dan kaosnya. Matanya terpejam dan mulutnya tersenyum persis senyum Donna kakaknya. Kucium keningnya dan terus keluar kamar. Pasti nyenyak tidur siangku hari ini.
Terakhir adalah pengalamanku bersama Lisa yang berumur 11 tahun dan baru duduk di kelas V SD. Di antara mereka bertiga, si Lisa inilah yang paling cantik dan sangat manja denganku. Aku tidak malu-malu mencium pipinya yang halus dan dia pun tidak malu-malu duduk di pangkuanku. Kadang-kadang penisku sakit karena diduduki Lisa dengan mendadak, tetapi kupikir dia tidak sengaja. Pada suatu malam Minggu, abang sepupuku, istrinya, Donna dan Vivian pergi menghadiri pesta pernikahan. Di rumah tinggal aku, Lisa dan dua orang pembantu. Jam di dinding menunjukkan pukul 19:30. Di ruang keluarga, hanya aku dan Lisa yang sedang menonton televisi yang kebetulan saat itu menayangkan film barat, sedangkan dua orang pembantu berada di kamar mereka.
“Om… pangku Lisa dong…” kata Lisa dengan manjanya.
“Yuk… sini duduk di pangkuanku,” kataku sambil menarik tubuhnya ke pangkuanku.
Setelah Lisa duduk di pangkuanku, kucium pipinya yang putih seperti biasanya.
“Ih… Om genit deh…” kata Lisa sambil memukul pahaku.
Aku hanya tertawa dan melanjutkan tontonan di televisi. Sambil menonton, kami bercerita mengenai jalan cerita film tersebut.
“Om… Lisa agak dingin nih, peluk Lisa dong…” pinta Lisa dengan manja.
Maka kupeluk badannya yang masih kecil sambil sekali-kali kucium pipinya yang membuatku gemas.
Setelah kupeluk sekitar 15 menit, aku merasakan duduk Lisa tidak mantap, pinggulnya bergerak terus. Aku melebarkan kakiku sehingga lebih rileks dan pada saat itu mendadak Lisa memundurkan pinggulnya sehingga menempel di kemaluanku seperti biasanya. Karena sudah biasa aku tidak kagetdan diam saja. Tetapi semakin lama Lisa semakin gelisah dan pinggulnya mulai menggesek-gesekke arah kemaluanku. Mau tidak mau, kemaluanku jadi berdiri tegak dan mengeras. Merasakan kemaluanku mengeras, Lisa semakin merapatkan pinggulnya dan menggesek-gesekanya. Konsentrasiku menonton film di televisi mulai buyar. Aku memandangi Lisa dan berpikir apakah mungkin anak ini juga sudah mengenal libido? Rasanya tidak mungkin karena baru berumur 11 tahun. Memang kadang-kadang secara tidak sengaja, aku menyentuh dadanya dan terasa sudah ada yang tumbuh di sana.
“Lisa… Om mau nanya kamu, tapi jawab yang jujur dan ngga usah malu-malu ya..?” kataku kepadanya.
“Nanya apaan sih Om..?” tanyanya sambil tersenyum.
“Apakah kamu sudah pernah menstruasi?” tanyaku langsung.
“Sudah Om… setahun yang lalu Lisa mulai mens…” jawabnya tersipu-sipu karena malu.
“Ha..? Umur 10 tahun sudah mens…, wah-wah… ternyata anak sekarang semakin cepat pertumbuhannya.” pikirku.
Jelas saja Lisa kelihatan mulai gatal dan suka duduk di pangkuanku. Apalagi sekarang dia mengesek-gesekkan pinggulnya ke arah kemaluanku yang mulai mengeras. Berarti dia sudah mempunyai libido dong.
Akhirnya kubiarkan saja Lisa mengesek-gesekkan pinggulnya ke kemaluanku yang tegang dan membesar. Aku pun mulai menikmatinya. Tanganku yang memeluknya mulai bergerilya. Pelan-pelan kuraba dadanya yang baru tumbuh dan mulai kuremas. Benar-benar payudaranya masih kecil dan sangat kencang. Lisa hanya memakai kaos dalam, karena mungkin memang tidak ada BH yang kecil. Dapat kurasakan putingnya yang mengeras dan baru sebesar kacang ijo. Kuremas-remas dan kupilin-pilin putingnya itu, dia menggelinjang kegelian.
“Om… geliii.. Om…” Lisa mendesah halus.
“Kamu diam saja.., rasanya enak kok…” jawabku.
Aku mulai mencium pipinya, lehernya dan kujilat-jilat belakang telinganya, sekali-kali kumasukkan ujung lidahku ke dalam lubang telinganya dan Lisa menggeliat kegelian, nafsuku semakin naik.
“Aduh… geliii… geliii…” Lisa menjerit kecil.
Tanganku mulai menyusup ke balik kaosnya dan terasa kulit tubuhnya yang begitu halus. Tanganku mulai turun ke bawah dan terus ke selangkangan Lisa. Sama seperti Vivian, Lisa pun masih gundul alias botak. Tanganku meraba-raba vaginanya yang kecil dan mulai kuselipkan jariku membuka lipatan kegadisannya. Klitorisnya begitu kecil dan lembut dan mulai kupilin-pilin serta menekan halus.
“Shhh… ahhh… aduhhh… shhh… shhh…” Lisa mendesah-desah karena keenakan.
Sementara itu lidahku terus bermain di leher dan telinganya, tangan kiriku terus meremas-remaspayudaranya yang kecil sambil memainkan putingnya.
Tubuh Lisa tersandar lemas ke tubuhku dan pinggulnya semakin kencang menggesek-gesek batang kejantananku yang mulai basah. Sekali-kali paha Lisa mengejang dan menjepit jari tanganku, kubiarkan Lisa menikmati pengalaman pertamanya. Terus kulanjutkan semua gerakanku dan tiba-tiba Lisa mengerang kecil, pinggulnya terangkat ke atas, pahanya mengejang dan menjepit jariku. Lisa mendapatkan orgasmenya yang pertama dan mengerang terus.
“Ahhh… shhh… shhh… ahhh…” suara Lisa tersendat-sendat.
Cepat-cepat kumasukkan ujung lidahku ke dalam lubang telinganya dan kuputar-putar lidahku. Aku sendiri mengalami orgasme yang hebat, air maniku menyemprot di dalam celana dalamku sehingga aku merasa celana dalamku basah kuyup bagai kencing di dalam celana.
Setelah Lisa tenang, kukeluarkan tangan kananku dari dalam celananya dan tangan kiriku dari dalam kaosnya. Tubuh Lisa masih tersandar lemas di tubuhku, kucium lembut pipinya, matanya terpejam dan bibirnya tersenyum mirip senyuman Donna dan Vivian kakaknya. Kuangkat tubuhnya dan kugendong ke kamarnya. Dengan hati-hati kuletakkan di atas ranjang dan kuselimuti. Kucium pipinya sekali lagi dan kumatikan lampu kamar dan aku keluar melanjutkan tontonan film di telivisi.
Nah, pembaca yang terhormat, itulah pengalamanku bersama ketiga keponakanku yang cantik dan montok. Sekarang aku sudah bekerja di kota lain dan mereka juga sudah kuliah. Kalau aku pulang ke kotaku dan bertemu mereka, mereka hanya tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal terus terang masih ada keinginanku untuk mengulangi pengalaman yang dulu bersama mereka, tetapi aku malu mengatakannya. Semoga mereka membaca tulisanku ini dan memberikukesempatan untuk mengulanginya lagi.
TAMAT
,.....{di sadur dari ile 17 com certa sedarah]